Beberapa waktu yang lalu saya disadarkan ketika melihat reality show televisi. Diceritakan tentang seorang petugas POM bensin yang sudah bekerja bertahun-tahun, tetapi jarang mendapatkan ucapan terima kasih dari pengendara pembeli bensin. Dalam jangka waktu 1 jam, bila ada orang yang mengucapkan terima kasih setelah diisi bensinnya, maka oleh pihak stasiun televisi, pembeli itu akan mendapatkan uangnya kembali alias bensinnya yang ia beli tadi gratis. Hasil akhirnya, dalam selang waktu itu, 67 orang mengisi bensin, dan hanya 3 orang saja yang mengucapkan terima kasih, 1 pengendara mobil dan 2 motor.
”Terima kasih?..PENTING GAK SIH?!!” Mungkin itu yang mengambarkan kondisi saat ini. Ternyata ucapan ”terimakasih” sama sulitnya diucapkan seperti halnya kata ”maaf”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata terima kasih berarti mengucap syukur, menyatakan rasa lega atau senang. Suatu penghargaan yang tulus kepada orang lain yang tidak dapat dinilai dengan uang. Sayangnya hal sepele namun besar manfaatnya seperti ini tidak diperhatikan. Mudah dituliskan, jarang diucapkan bahkan sulit dilakukan dengan tulus.
Apakah diantara kita juga memiliki sense of appreciation yang relatif rendah? Misalnya pada saat usai pelatihan ataupun seminar, dari semua peserta yang hadir, hanya beberapa yang mengucapkan terimakasih, menghampiri, menyalami fasilitator dan penyelenggara. Itupun yang mendekat, biasanya karena hendak mencopy materi dari laptop ke flashdisknya.
Saya teringat waktu SD tradisi berterimakasih kepada guru dilakukan setiap pulang sekolah. Setelah berdoa, bersalaman dengan guru di muka pintu, sambil mengucapkan salam dan terimakasih. Kemudian SMP dan SMA, tradisi tersebut luntur dan ucapan “terima kasih” dilakukan pada seremonial perpisahan kelulusan kelas III. Parahnya memasuki perguruan tinggi, tradisi itu tidak ada sama sekali, setelah diajar, bahkan dosen masih berkemas dan belum beranjak dari kursi, saya serta teman-teman langsung saja ’ngibrit’ keluar.
Apakah semakin modern justru tradisi luhur itu meluntur?Alangkah indahnya, andai saja slogan 4 S + 1 T (Senyum, Salam, Sapa, Santun dan Terimakasih) yang selalu didengung-dengungkan Sistem Mutu Toko Buku Gramedia tempat saya bekerja benar-benar tumbuh menjadi kebiasaan kita. Seorang yang mau mengucapkan terima kasih menunjukkan orang tersebut berbesar hati karena memberikan penghargaan ke lawan bicaranya. Ucapkan terimakasih kepada siapa saja yang membantu Anda menyelesaikan pekerjaan! Tidak hanya konsumen kita tapi juga tim kerja, atasan, bawahan, bahkan yang mengkritik kita. Hal itu memberikan energi positif baik pada si pemberi maupun penerima.
Pepatah China kuno mengatakan ”When eating bamboo sprouts remember the man who planted them” (Jika anda memakan rebung bambu, jangan lupa berterimakasih ke penanamnya). Jika kita sukses, jangan lupakan orang-orang yang telah membantu kita. Ucapan terimakasih secara tulus, laksana air yang melegakan tenggorokan di tengah padang pasir. Semoga bermanfaat. Terimakasih Pembaca.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar